Gejala dan Kompilasi dari Penyakit Aids – Acquired Immunodeficiency Syndrome ataupun Acquired Immune Deficiency Syndrome(AIDS) merupakan sekumpulan pertanda serta peradangan(sindrom) yang mencuat sebab hancurnya sistem imunitas badan orang dampak peradangan virus HIV ataupun peradangan virus- virus lain yang mendekati yang melanda genus yang lain( SIV, FIV, serta lain- lain).
Gejala dan Kompilasi dari Penyakit Aids
highlysensitivepeople – Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus(HIV) ialah virus yang memperlemah imunitas pada badan orang. Orang yang terserang virus ini hendak jadi rentan kepada peradangan oportunistik atau gampang terserang tumor. Walaupun penindakan yang sudah terdapat bisa melambatkan laju kemajuan virus, tetapi penyakit ini belum betul- betul dapat dipulihkan.
Dikutip dari wikipedia, HIV serta virus- virus sejenisnya biasanya ditularkan lewat kontak langsung antara susunan kulit dalam( jaringan mukosa) ataupun gerakan darah, dengan larutan badan yang memiliki HIV, semacam darah, air benih, larutan Miss V, larutan preseminal, serta air susu bunda.
Penjangkitan bisa terjalin lewat ikatan akrab( vaginal, anal, atau oral), transfusi darah, jarum suntik yang terinfeksi, antara bunda serta bocah sepanjang kehamilan, melahirkan, ataupun menyusui, dan wujud kontak yang lain dengan cairan- cairan badan itu.
Para akademikus biasanya beranggapan kalau AIDS berawal dari Afrika Sub- Sahara. Saat ini AIDS sudah jadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan sudah menginfeksi 38, 6 juta orang di semua bumi.
Pada Januari 2006, UNAIDS bertugas serupa dengan World Health Organization berspekulasi kalau AIDS sudah menimbulkan kematian lebih dari 25 juta orang semenjak awal kali diakui pada bertepatan pada 5 Juni 1981.
Dengan begitu, penyakit ini ialah salah satu wabah sangat memadamkan dalam asal usul. AIDS diklaim sudah menimbulkan kematian sebesar 2, 4 sampai 3, 3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, serta lebih dari 570. 000 jiwa di antara lain merupakan kanak- kanak.
Baca juga : Gejala Penyebab dan Resiko Penyakit Osteoporosis
Sepertiga dari jumlah kematian ini terjalin di Afrika Sub- Sahara, alhasil melambatkan perkembangan ekonomi serta memusnahkan daya pangkal energi orang di situ. Pemeliharaan antiretrovirus sebetulnya bisa kurangi tingkatan kematian serta gawatnya peradangan HIV.
Ganjaran sosial untuk pengidap HIV atau AIDS, biasanya lebih berat apabila dibanding dengan pengidap penyakit memadamkan yang lain. Terkadang ganjaran sosial itu pula ikut tertimpakan pada aparat kesehatan ataupun volunter, yang ikut serta dalam menjaga orang yang hidup dengan AIDS(ODHA) atau HIV.
Gejala dan komplikasi
Bermacam pertanda AIDS biasanya tidak hendak terjalin pada banyak orang yang mempunyai sistem imunitas badan yang bagus. Mayoritas situasi itu dampak peradangan oleh kuman, virus, fungi serta benalu, yang umumnya dikendalikan oleh unsur- unsur sistem imunitas badan yang dirusak HIV. Peradangan oportunistik biasa mengalami pada pengidap AIDS.
HIV mempengaruhi nyaris seluruh alat badan. Pengidap AIDS pula beresiko lebih besar mengidap kanker semacam sarkoma Kaposi, kanker leher kandungan, serta kanker sistem imunitas yang diucap limfoma.
Umumnya pengidap AIDS mempunyai pertanda peradangan sistemik; semacam meriang, berkeringat(paling utama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kesejukan, merasa lemas, dan penyusutan berat tubuh. Peradangan oportunistik khusus yang dialami penderita AIDS, pula terkait pada tingkatan kekerapan terbentuknya peradangan itu di area geografis tempat hidup penderita.
1. Penyakit alat pernapasan utama
Pneumonia pneumocystis(PCP) tidak sering ditemukan pada orang segar yang mempunyai imunitas badan yang bagus, namun biasanya ditemukan pada orang yang terkena HIV. Pemicu penyakit ini merupakan fungi Pneumocystis jirovecii.
Saat sebelum terdapatnya penaksiran, pemeliharaan, serta aksi penangkalan teratur yang efisien di negara- negara Barat, penyakit ini biasanya lekas menimbulkan kematian.
Di negara- negara bertumbuh, penyakit ini sedang ialah gejala awal AIDS pada banyak orang yang belum dites, meski biasanya gejala itu tidak timbul melainkan bila jumlah CD4 kurang dari 200 perµL.
Tuberkulosis( TBC) ialah peradangan istimewa di antara infeksi- infeksi yang lain yang terpaut HIV, sebab bisa ditularkan pada orang yang segar( imunokompeten) lewat arah respirasi( pernapasan).
Beliau bisa dengan gampang ditangani apabila sudah diidentifikasi, bisa timbul pada ambang dini HIV, dan bisa dilindungi lewat pengobatan penyembuhan. Tetapi, resistensi TBC kepada bermacam obat ialah permasalahan potensial pada penyakit ini.
Walaupun timbulnya penyakit ini di negara- negara Barat sudah menurun sebab digunakannya pengobatan dengan observasi langsung serta tata cara terkini yang lain, tetapi bukanlah begitu yang terjalin di negara- negara bertumbuh tempat HIV sangat banyak ditemui.
Pada ambang dini peradangan HIV( jumlah CD4 300sel perµL), TBC timbul selaku penyakit alat pernapasan. Pada ambang lanjut peradangan HIV, beliau kerap timbul selaku penyakit sistemik yang melanda bagian badan yang lain( tuberkulosis ekstrapulmoner).
Gejala- gejalanya umumnya bertabiat tidak khusus( konstitusional) serta tidak terbatasi pada satu tempat. TBC yang melampiri peradangan HIV kerap melanda sumsum tulang, tulang, saluran kencing serta saluran pencernaan, batin, kelenjar pulut jernih( nodus limfa regional), serta sistem saraf pusat. Dengan begitu, pertanda yang timbul bisa jadi lebih berhubungan dengan tempat timbulnya penyakit ekstrapulmoner.
2. Penyakit saluran pencernaan utama
Esofagitis merupakan peradangan pada tenggorokan( esofagus), ialah rute santapan dari mulut ke alat pencernaan. Pada orang yang terkena HIV, penyakit ini terjalin sebab peradangan jamur( jamur kandidiasis) ataupun virus( herpes simpleks- 1 ataupun virus sitomegalo).
Beliau juga bisa diakibatkan oleh mikobakteria, walaupun permasalahannya sangat jarang. Berak air parah yang tidak bisa dipaparkan pada peradangan HIV bisa terjadi sebab bermacam pemicu; antara lain peradangan kuman serta benalu yang biasa( semacam Salmonella, Kampilobakter, Shigella, Listeria, serta Escherichia coli), dan peradangan oportunistik yang tidak biasa serta virus( semacam kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, serta virus sitomegalo( CMV) yang ialah pemicu kolitis).
Pada sebagian permasalahan, berak air terjalin selaku dampak sisi dari obat- obatan yang dipakai buat menanggulangi HIV, ataupun dampak sisi dari peradangan penting( pokok) dari HIV itu sendiri.
Tidak hanya itu, berak air bisa pula ialah dampak sisi dari antibiotik yang dipakai buat menanggulangi kuman berak air( misalnya pada Clostridium difficile). Pada ambang akhir peradangan HIV, berak air diperkirakan ialah petunjuk terbentuknya pergantian metode saluran pencernaan meresap nutrisi, dan bisa jadi ialah bagian berarti dalam sistem pengasingan yang berkaitan dengan HIV.
3. Penyakit saraf serta kejiwaan utama
Peradangan HIV bisa memunculkan beraneka ragam keanehan aksi laris sebab kendala pada saraf( neuropsychiatric sequelae), yang diakibatkan oleh peradangan organisma atas sistem saraf yang sudah jadi rentan, ataupun selaku dampak langsung dari penyakit itu sendiri.
Toksoplasmosis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh benalu bersel- satu, yang diucap Toxoplasma gondii. Benalu ini umumnya menginfeksi otak serta menimbulkan radang otak kronis( toksoplasma ensefalitis), tetapi beliau pula bisa menginfeksi serta menimbulkan penyakit pada mata serta alat pernapasan.
Meningitis kriptokokal merupakan peradangan meninges( jaringan yang menutupi otak serta sumsum tulang balik) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Perihal ini bisa menimbulkan meriang, mual, sakit kepala, letih, serta muntah. Penderita pula bisa jadi hadapi sawan serta kebimbangan, yang bila tidak ditangani bisa memadamkan.
Leukoensefalopati multifokal liberal merupakan penyakit demielinasi, ialah penyakit yang memusnahkan selubung saraf( mielin) yang menutupi bulu sel saraf( akson), alhasil mengganggu penghantaran dorongan saraf.
Beliau diakibatkan oleh virus JC, yang 70% populasinya ada di badan orang dalam situasi potensial, serta menimbulkan penyakit cuma kala sistem imunitas amat lemas, begitu juga yang terjalin pada penderita AIDS. Penyakit ini bertumbuh kilat( liberal) serta menabur( multilokal), alhasil umumnya menimbulkan kematian dalam durasi sebulan sehabis penaksiran.
Lingkungan demensia AIDS merupakan penyakit penyusutan keahlian psikologis( demensia) yang terjalin sebab menyusutnya metabolisme sel otak( ensefalopati metabolik) yang diakibatkan oleh peradangan HIV; serta didorong pula oleh terbentuknya pengoperasian kebal oleh makrofag serta mikroglia pada otak yang hadapi peradangan HIV, alhasil menghasilkan neurotoksin.
Kehancuran saraf yang khusus, nampak dalam wujud ketidaknormalan kognitif, sikap, serta motorik, yang timbul bertahun- tahun sehabis peradangan HIV terjalin. Perihal ini berkaitan dengan kondisi rendahnya jumlah sel T CD4+ serta tingginya bagasi virus pada plasma darah.
Nilai kemunculannya( kebiasaan) di negara- negara Barat merupakan dekat 10- 20%, tetapi di India cuma terjalin pada 1- 2% penderita peradangan HIV. Perbandingan ini bisa jadi terjalin sebab terdapatnya perbandingan subtipe HIV di India.
4. Kanker serta tumor buas( malignan)
Penderita dengan peradangan HIV pada dasarnya mempunyai resiko yang lebih besar kepada terbentuknya sebagian kanker. Perihal ini sebab peradangan oleh virus DNA pemicu pemindahan genetik; ialah paling utama virus Epstein- Barr( EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi( KSHV), serta virus papiloma orang( HPV).
Sarkoma Kaposi merupakan tumor yang sangat biasa melanda penderita yang terkena HIV. Kedatangan tumor ini pada beberapa anak muda homoseksual tahun 1981 merupakan salah satu tanda- tanda awal wabah AIDS.
Penyakit ini diakibatkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, ialah virus herpes manusia- 8 yang pula diucap virus herpes Sarkoma Kaposi( KSHV). Penyakit ini kerap timbul di kulit dalam wujud becak keungu- unguan, namun bisa melanda alat lain, paling utama mulut, saluran pencernaan, serta alat pernapasan.
Kanker pulut jernih tingkatan besar( limfoma sel B) merupakan kanker yang melanda sel darah putih serta terkumpul dalam kelenjar pulut jernih, misalnya semacam limfoma Burkitt( Burkitts lymphoma) ataupun sejenisnya( Burkitts- like lymphoma), diffuse large B- cell lymphoma( DLBCL), serta limfoma sistem saraf pusat pokok, lebih kerap timbul pada penderita yang terkena HIV.
Kanker ini kerap kali ialah ditaksir situasi( diagnosis) yang kurang baik. Pada sebagian permasalahan, limfoma merupakan ciri penting AIDS. Limfoma ini beberapa besar diakibatkan oleh virus Epstein- Barr ataupun virus herpes Sarkoma Kaposi. Kanker leher kandungan pada perempuan yang terserang HIV dikira ciri penting AIDS. Kanker ini diakibatkan oleh virus papiloma orang.
Penderita yang terkena HIV pula bisa terserang tumor yang lain, semacam limfoma Hodgkin, kanker usus besar dasar( rectum), serta kanker anus. Tetapi, banyak tumor- tumor yang biasa semacam kanker buah dada serta kanker usus besar( colon), yang tidak bertambah kejadiannya pada penderita terkena HIV.
Di tempat- tempat dikerjakannya pengobatan antiretrovirus yang amat aktif( HAART) dalam menanggulangi AIDS, kedatangan bermacam kanker yang berkaitan dengan AIDS menyusut, tetapi pada dikala yang serupa kanker setelah itu jadi pemicu kematian yang sangat biasa pada penderita yang terkena HIV.
Baca juga : 4 Hal yang Membuat Anda Harus Waspada Akan HIV
5. Peradangan oportunistik lainnya
Penderita AIDS umumnya mengidap peradangan oportunistik dengan pertanda tidak khusus, paling utama meriang enteng serta kehabisan berat tubuh. Peradangan oportunistik ini tercantum peradangan Mycobacterium avium- intracellulare serta virus sitomegalo.
Virus sitomegalo bisa menimbulkan kendala radang pada usus besar( kolitis) semacam yang dipaparkan di atas, serta kendala radang pada retina mata( retinitis sitomegalovirus), yang bisa menimbulkan kebutaan.
Peradangan yang diakibatkan oleh jamur Penicillium marneffei, ataupun diucap Penisiliosis, saat ini merupakan peradangan oportunistik ketiga yang sangat biasa( sehabis tuberkulosis serta kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di wilayah endemik Asia Tenggara.